Jumat, 17 Januari 2014

PROPOSAL PENELITIAN


  BAB I
PENDAHULUAN

       A. LATAR BELAKANG
       
    Sediaan obat alam sebagai warisan budaya nasional Indonesia semakin berperan dalam kehidupan      masyarakat dari sisi kesehatan maupun perekonomian. Masyarakat semakin terbiasa menggunakan sediaan bahan obat alam. Adapun salah satu tanaman yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat tradisional adalah sosor bebek (Kalanchoe pinnata Pers). Ekstrak dari daun sosor bebek memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli,Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, Streptococcus mutans dan Salmonella typhi sebagai antimikroba yang menyebabkan bau mulut. Ekstrak polar daun sosor bebek diketahui memiliki kandungan senyawa kaemferol-3-glukosida, asam kafeoat, bufadienolida, bryofilin, dan senyawa fenol sebagai metabolit sekunder yang beraktivitas sebagai antimikroba dengan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) adalah 8-512 mg/mL, sedangkan Konsentrasi Bakterisid Minimum (KBM) adalah 128-512 mg/mL terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Oleh karena itu pada penelitian kali ini sosor bebek di formulasikan sebagai sediaan antiseptik mulut. (1,2)

Tablet hisap merupakan salah satu pilihan bentuk formulasi yang praktis. Dilihat dari sifat sosor bebek itu sendiri sebagai antiseptik, maka sosor bebek di harapkan dapat ditujukan untuk pengobatan infeksi mulut serta tenggorokan. Bentuk tablet hisap diharapkan lebih disukai karena lebih mudah dalam penggunaan, memiliki rasa yang menyenangkan dan dapat bekerja di rongga mulut lebih lama dalam jangka waktu 30 menit atau kurang. Untuk daya terapi atau efikasi maksimum dan waktu huni yang diperlama dalam mulut, tablet hisap hendaknya berukuran cukup besar (1,5-4,0 g) dan memiliki kekerasan 10-20 kg/cm² agar dapat melarut dengan lambat. (3,4)

Hasil penelitian sebelumnya KHM serbuk ekstrak hasil pengeringan beku adalah 400 mg/mL ekstraketanol hasil pengeringan beku daun sosor bebek setara dengan 0.766% povidon iodin. Di pasaran povidon iodine digunakan sebagai antiseptik mulut adalah 1% maka dalam formula digunakan dosis 1,3 x KHM = 520 mg/mL yang setara dengan 0,9958% povidon iodine (5). Pengeringan beku menggunakan suhu serendah mungkin sampai minus 50°C. Senyawa golongan fenol dan bryophyllin mempunyai kelarutan yang kurang dalam air sehingga metode kering beku sangat cocok digunakan untuk meningkatkan kelarutan karena menunjukkan kandungan sisa lembab yang sangat rendah (<1%) dan mempunyai struktur halus dan sangat berpori.(6).

Pada penelitian sebelumnya menggunakan metode pembuatan tablet dengan teknik cetak langsung membutuhkan konsentrasi maltodekstrin sampai 40% yang berfungsi sebagai pengikat maupun pengisi. Diperoleh hasil tablet hisap memiliki kekerasan yang memenuhi syarat tetapi kerenyahannya tidak memenuhi persyaratan (5). Sehingga pada penelitian ini menggunakan metode granulasi basah dengan konsentrasi pengikat lebih kecil dengan variasi jenis dan konsentrasi pengikat untuk memperoleh sediaan tablet hisap yang memenuhi syarat.

Dalam proses granulasi basah, pengikat sangat berperan penting. Pengikat merupakan suatu zat adhesif yang ditambahkan pada formulasi tablet karena dapat meningkatkan pembesaran ukuran untuk membentuk granul sehingga dapat memperbaiki mampu alir campuran selama proses pembuatan, memperbaiki kekerasan tablet dengan meningkatkan gaya intragranular dan antargranular. Beberapa senyawa yang dapat digunakan sebagai pengikat yaitu, amilum, gelatin, polivinil pirolidon (PVP), metilselulosa, HPMC, Na CMC, glukosa, sorbitol. Jenis pengikat yang dipilih pada penelitian ini adalah, polivinil pirolidon (PVP), hidroksipropil metil sellulosa (HPMC) dan hidroksipropil sellulosa-medium (HPCM). Diduga PVP, HPMC dan HPCM mempengaruhi karakteristik mutu fisik dari sediaan tablet hisap. PVP merupakan pengikat polimer yang serbaguna, perekat yang baik dalam larutan air dan alkohol. PVP-etanol digunakan sebagai pengikat.

B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah perbedaan jenis dan konsentrasi berapakah PVP, HPMC dan HPCM yang digunakan sebagai pengikat dapat mempengaruhi karakteristik fisik tablet hisap ekstrak kering daun sosor bebek secara granulasi basah?
2. Dari ketiga pengikat yang digunakan yaitu PVP, HPMC dan HPCM, pengikat mana yang menghasilkan karakteristik sediaan tablet hisap yang memenuhi persyaratan mutu fisik?







C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum

Memanfaatkan dan mengembangkan penggunaan ekstrak daun sosor bebek sebagai bahan aktif dalam pembuatan sediaan tablet hisap sebagai antiseptik mulut yang stabil secara fisik dan kimia.
2. Tujuan khusus
a. Membuat sediaan tablet hisap sebagai antiseptik mulut dari ekstrak kering daun sosor bebek dengan variasi jenis dan konsentrasi pengikat.
b. Optimasi jenis dan konsentrasi pengikat yang menghasilkan tablet hisap dengan mutu fisik yang memenuhi syarat.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Untuk memberikan informasi ilmiah dalam pengembangan bahan alam dari daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata P.) sebagai obat antiseptik mulut serta dihasilkan tablet hisap yang mempunyai efek sebagai antiseptik mulut yang memenuhi syarat parameter mutu fisik tablet hisap daun sosor bebek.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh variasi jenis dan konsentrasi pengikat terhadap parameter mutu fisik tablet hisap ekstrak kering daun sosor bebek.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. SOSOR BEBEK (Kalanchoe pinnata P.)

1.             Klasifikasi Tanaman

a. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub kelas : Dialypetalae
Ordo : Rosales
Familia : Crassulaceae
Genus : Kalanchoe
Species : Kalanchoe pinnata Pers.
Sinonim : Bryophyllum calycinum Salisb.

2.             Kandungan kimia

Daun sosor bebek diketahui mengandung unsur makro dan unsur mikro, vitamin, kalsium, fosfor, asam askorbat, asam sitrat, inulin dan senyawa lain seperti saponin, flavonoid, antrakuinon, xanthon, bryophyllin. Kandungan kimia daun sosor bebek yang diketahui memiliki aktivitas antimikroba adalah saponin, bryophyllin, dan senyawa fenol. Hasil bioanalisis daun sosor bebek menunjukkan kandungan senyawa alkaloid (1,46-1,86 mg/100 g), saponin (1,46-1,72 mg/100 g), flavonoid (1,46-1,86 mg/100 g), fenol (0,06 mg/100g) and tannin (0,04-0,5 mg/100g), vitamin C (26,42-44,03 mg/100 g), riboflavin (0,20-0,42 mg/100 g), tiamin (0,11-0,18 mg/100g), dan niasin (0,02-0,09 mg/100 g). (1)

3.             Identifikasi

a. Pada 2 mg serbuk daun sosor bebek tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat tua.
b. Pada 2 mg serbuk daun sosor bebek tambahkan 5 tetes asam sulfat 10N; terjadi warna hijau kekuningan.
c. Pada 2 mg serbuk daun sosor bebek tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v; dalam etanil P; terjadi warna kuning kehijauan.
d. Pada 2 mg serbuk daun sosor bebek tambahkan 5 tetes amonia (25%) P; terjadi warna kuning kehijauan.
e. Pada 2 mg serbuk daun sosor bebek tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna hijau tua. (10)
4. Khasiat
Sosor bebek bersifat agak asam, dingin, bau lemah, dan astringen. Bersifat sebagai antiradang, antiseptik, penghenti pendarahan (hemostasis), peluruh dahak (ekspektoran), peluruh kencing (diuretik), pereda demam (antipiretik), penyejuk (demulcent), mengurangi pembengkakan, dan pembersih darah (depuratif) (11).

1.             Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa ekstrak daun sosor bebek yang mempunyai khasiat sebagai antiseptik memiliki Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) adalah 8-512 mg/mL, sedangkan konsentrasi bakterisid minimum (KBM) adalah 128-512 mg/mL terhadap bakteri gram positif dan gram negatif (2).

B. LANDASAN TEORI

          Mulut dan gigi adalah bagian penting dari tubuh. Mulut memiliki fungsi sebagai pintu masuk saluran pencernaan dan juga memiliki fungsi sebagai alat komunikasi. Gangguan kesehatan mulut, gigi dan tenggorokan dapat disebabkan oleh karies gigi, yang menjadi tempat berkembang biak bakteri Streptococcus mutans yang dapat menimbulkan bau pada rongga mulut (1).

          Sosor bebek ( Kalanchoe pinnata Pers.) merupakan tumbuhan yang umum dibudidayakan sebagai tanaman hias. Ekstrak polar daun sosor bebek yang diketahui memiliki aktivitas antimikroba adalah kaemferol-3-glukoside, asam kafeoat, bufadienolida, bryofilin, dan senyawa fenol sebagai metabolit sekunder. Daun sosor bebek mempunyai sifat sebagai antiseptik. Antiseptik merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme pada jaringan hidup mempunyai efek membatasi dan mencegah infeksi agar tidak menjadi lebih parah.



BAB III
RANCANGAN PENELITIAN


A.           PRINSIP PENELITIAN

Ekstrak kental daun sosor bebek dibuat menjadi serbuk kering dengan cara pengeringan beku (freeze drying) pada tekanan 50 mmHg dan temperatur -50°C dengan penambahan maltodekstrin 10%. Ekstrak kering yang diperoleh dibuat sediaan tablet hisap dengan metode granulasi basah menggunakan variasi jenis dan konsentrasi pengikat yaitu, PVP (5,0%, 7,5%, 10,0%), HPMC (7,5%, 10,0%, 12,5%) serta HPCM (4,0%, 5,0%, 6,0%). Granul yang dihasilkan dievaluasi, meliputi pemeriksaan kadar lembab, sifat alir, kompresibilitas, dan distribusi ukuran partikel. Tablet hisap yang dihasilkan kemudiaan dievaluasi, meliputi pemeriksaan organoleptik, keseragaman ukuran, keseragaman bobot, uji kerenyahan, uji kekerasan dan waktu hancur.

B.            TEMPAT PENELITIAN
1. Penelitian dilakukan di laboratorium skripsi, formulasi sediaan padat Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta.
2. Laboratorium Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor.

C.           BAHAN PENELITIAN

Bahan yang digunakan adalah daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata Pers.) yang diperoleh dari Pusat Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO), Cimanggu, Bogor.

D.           RENCANA PENELITIAN
1.             Penyediaan daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata P.) yang berasal dari Kebun Percobaan Balitro, Bogor .
2.              Pemeriksaan mutu bahan tambahan seperti, manitol, polivinil pirolidon (PVP), hidroksipropil metil sellulosa (HPMC), Hidroksipropil sellulosa-medium (HPCM), etanol 96%, PEG 6000.
3.              Pembuatan ekstrak kering daun sosor bebek (Kalachoe pinnata P.)
4.             Analisis data dan penarikan kesimpulan.


BAB IV
METODE PENELITIAN


A.           METODE PENELITIAN
1.             Penyediaan bahan penelitian

Bahan yang digunakan adalah daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata P.) yang diperoleh dari kebun percobaan Balitro, Bogor.

2.             Identifikasi bahan tambahan

a. Manitol, pemeriksaan dilakukan sesuai dengan yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi IV, meliputi : Pemerikasaan pemerian, kelarutan, dan identifikasi.

B.            ANALISIS DATA

Analisis data evaluasi sediaan tablet hisap dilakukan dengan menggunakan metode analisis statistik ANVA satu arah dan non-parametrik Kruskal-Wallis. Metode analisis statistik ANVA satu arah dengan hipotesis sebagai berikut:
a. Hipotesis nol (H0) : Tidak ada perbedaan bermakna antara tiap-tiap formula.
b. Hipotesis alternatif (H1) : Ada perbedaan bermakna antara tiap-tiap formula.             



 DAFTAR PUSTAKA
1. Okwu D E, Josiah. Evaluation of the chemical composition of two Nigerian medical plants. African Journal of Biotechnology Vol. 5. No. 4. 2006.

2. Akinsulire OR, Aibinu IE, Adenipekun T, Adelowotan T, Odugbemi T. In vitro antimicrobial activity of crude extracts from plants Bryophyllum pinnatum and Kalanchoe crenata. African Journal of Traditional, Complementary and Alternative Medicines. 2007.

3. Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan praktek farmasi Indonesia. Vol. 2. Edisi III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatni. Jakarta: Universitas Indonesia Press; 1994. h. 698, 690-1, 698, 713, 700, 703-5, 713-4.

4. Prof. Dr. Charles J.P. Siregar, M.Sc., Apt. Tekhnologi farmasi sediaan tablet, dasar-dasar praktis. h. 9, 103, 145, 148, 160-3, 172, 179, 187, 196, 223, 203-4, 505, 506, 508, 516.

5. Nurul H. Formulasi tablet hisap ekstrak daun sosor bebek (Kalanchoe pinnata P.) sebagai antiseptik hasil pengeringan beku dengan maltodekstrin sebagai pengikat (sripsi). Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Pancasia; 2010.

6. Voigt R. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi 5. Diterjemahkan oleh Noerono S. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 1994. h. 36-9, 168-9, 171-4, 179, 202, 211-2, 216,202, 203, 204.

7. Gambar tanaman sosor bebek (Kalanchoe pinnata Pers.) diambil dari:

http://4.bp.blogspot.com/_PJ485K-MJzc/RztNBFYSMPI/AAAAAAAABTE/ oq9oC2D52OA/s400/Kalanchoe.JPG. Diakses 18 Desember 2010.
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Daftar Tanaman Obat. Jakarta; Pusat Peneltian Farmasi; 1991. h. 193.

9. Syamsuhidayat SS, Hutapea JR. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Vol V. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;1999. h. 95.

10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan; 1989. h. 290-3.

11. Dalimarta, Setiawan. Kesehatan Republik Indonesia. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 1. Jakarta: Trubus Agriwidya;1999. h. 140.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar